LANGKAT

Masjid Tertua di Langkat Jadi Objek Observasi Sejarah Mahasiswa STIT Al-Washliyah Binjai

×

Masjid Tertua di Langkat Jadi Objek Observasi Sejarah Mahasiswa STIT Al-Washliyah Binjai

Sebarkan artikel ini
filter: 0; jpegRotation: 0; fileterIntensity: 0.000000; filterMask: 0; module:1facing:0; hw-remosaic: 0; touch: (-1.0, -1.0); modeInfo: ; sceneMode: SFHDR; cct_value: 0; AI_Scene: (-1, -1); aec_lux: 130.0; hist255: 0.0; hist252~255: 0.0; hist0~15: 0.0;

LangkatTerkini.Com – Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Washliyah Kota Binjai melakukan observasi sejarah ke salah satu masjid tertua di Kabupaten Langkat. Pada Hari Jum’at, tanggal 13 Desember 2024.

Kegiatan ini menjadi bagian dari mata kuliah mereka SPI (Sejarah Pendidikan Islam) yang dibimbing oleh Dosen Leli Purnama MPdI untuk mendalami sejarah pendidikan dan kebudayaan Islam di Langkat sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya Ke-Islaman.

Masjid Tertua yang dijadikan objek observasi adalah Masjid Ar Rahman Bingai yang terletak di Kelurahan Bingai, Kecamatan Wampu, yang dibangun pada masa Kesultanan Langkat Lama.

Dahulu Kerajaan Bingai pada tahun 1775 dengan pendirinya Wan Jabbar bin Badiuzzaman bin Raja Kahar dan dilanjutkan oleh Wan Desan Bin Wan Jabbar. Masjid ini dikenal dengan arsitekturnya khas Melayunya, memadukan sedikit gaya timur tengah.

Pada tiang pondasi utama Mesjid ini, untuk penyambungannya tanpa menggunakan paku, namun hanya di eratkan bagian tiang satu dengan tiang yang lainnya.

Selain itu, masjid ini memiliki sejarah yang erat dengan penyebaran Islam di kawasan Langkat yang kala itu tempat hilir mudik perdagangan hingga ke daerah Selesai dan Bahorok.

Mahasiswa STIT Al Washliyah Binjai bersama BKM Ar Rahman

Rombongan mahasiswa yang terdiri dari Wendy Setiawan, Diah Rahma Syafitri, Aulia Putri, Miswita Kiki RA, Ahmad Bama, Nurul Fadhillah, M. Luthfi Berangkat pukul 09.05 WIB dari Jalan Pacul Cengkeh Turi menuju Desa Banyumas dan Desa Pertumbukan. Lalu, menyeberangi Sungai Wampu dengan menggunakan jasa Sampan Getek dengan ongkos Rp 3.000 per motornya dan sampai di lokasi Mesjid Ar Rahman Bingai pada pukul 09.50 WIB, Jumat (14/12/2024).

Lebih kurang 30 menit menunggu akhirnya datang seorang laki-laki menghampiri kami, Pak Adam namanya.

Beliau berusia 75 tahun adalah pengurus Mesjid Ar Rahman yang masih segar bugar.

Adam mengatakan mesjid ini adalah mesjid yang pertama di bangun disini, mesjid dibangun tanpa paku, dan kayu damar mesjid ini di bawa langsung dari Malaysia dengan perahu ke Sungai Wampu ini yang dahulunya adalah bandar perdagangan di Langkat.

Di atap tingkat 2 mesjid, terdapat ruangan yang dahulu digunakan Muadzin orang yang bertugas untuk mengumandangkan adzan. Mimbar Khotib yang berwarna kuning masih terjaga keaslian nya hingga kini. Kayu kayu di ruangan utama pun masih terjaga keasliannya. Untuk kayu di ruang teras dan atapnya sudah ada yang di ganti.

“Di sekitar Mesjid ada beberapa makam, salah satunya adalah makam Wan Jabbar bin Badiuzzaman yang merupakan pendiri Mesjid Ini,” ujar Miswita menceritakan.

Wendy Setiawan yang juga Komisaris Majasiswa (Kosma) Semester 3 Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pagi mengatakan Mesjid Ini harus dilestarikan dan kita jaga serta harus menjadi tempat wisata religi dan sejarah yang ada di Langkat.

Diah Rahma Syahfitri menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang sejarah peradaban Islam di Langkat khusus nya dan di Sumatera Utara (Sumut) umumnya.

“Kami ingin memahami tidak hanya sejarah, tetapi juga nilai-nilai yang terkandung dalam warisan Islam seperti Masjid Ar Rahman. Ini adalah cara kami untuk mencari sejarah agama dan juga budaya di Langkat,” ujar Diah.

Mahasiswa lainnya, Aulia Putri, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap keindahan dan kekayaan sejarah masjid.

“Observasi ini membuka wawasan kami bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga saksi perjuangan Islam di Nusantara,” kata Aulia.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari beberapa masyarakat, yang berharap para mahasiswa dapat menjadi generasi yang melestarikan warisan sejarah Islam.

Dengan adanya kegiatan ini, Masjid Ar Rahman Bingai diharapkan tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat edukasi dan pelestarian sejarah Islam di Sumut.

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *